BERBAGI

Senin, 18 Juni 2012

Dua Puluh Tujuh


Sumber: Fotografikompas
Kulirik jam dinding, ah masih jam 9.30. Tiga puluh menit lagi. Kutuntun sepeda butut itu ke depan teras rumah. Angin malam menyapaku dengan lembut. Kudongakan kepala menatap langit. Mmmmm… suasana yang tepat. Langit menampakan keramahannya disertai angin lembut khas malam. “Ntar dulu mas, belum jam 10” Ia seolah-olah mengerti ketika sepeda itu kutuntun melewati dirinya yang sedang asyik menikmati secangkir kopi. “Oke, tenang saja. Setengah jam lagi berangkat” Jawabku.
Kutuntun sepedaku dalam keheningan orang dan malam yang sepi. Berdua saja. Kususuri jalan beraspal menuju lapangan bola di deket sungai. Daerah lembah sungai cimanuk. Sebuah lapangan bola yang selalu digunakan saban sore untuk latihan bola maupun pertandingan antar kampung. Kontras dengan saat sore tadi yang riuh rame sorak sorai penggemar dan pemain bola, malam ini begitu sepi dan hanya suara-suara binatang malam dan aliran lembut sungai yang kedengaran. Tak ada orang.
“Mas, badannya jangan kaku. Rileks saja” Perintahnya. Sungguh perintah yang saya tidak tahu cara mengerjakannya. Bukan sekali dua kali. Bertahun-tahun lamanya saya tidak dapat memahami perintah itu. Dalam hati berkata, sejak dulu saya pengen bisa badan ini tidak kaku dan bisa rileks di atas kendaraan sepeda. Ya… Dua puluh tujuh tahun lamanya saya tidak bisa menikmati rileksnya bersepeda hanya karena satu alasan. Saya tidak bisa naik sepeda.
Begitu tersiksa dengan kondisi ini. Jutaan cemoohan dan seringai ejekan telah kuterima dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Juga ketika bekerja. Bisa dibayangkan bagaimana otakku cari alasan agar saya tidak naik sepeda. Apalagi naik motor. Tersiksa sekali. Tak ada cara buat belajar sepeda, atau tepatnya saya malu belajar sepeda karena faktor usia. “Idiiiiih bapak gak bisa naik sepeda? Baru belajar ya pak?” dengan seringai senyum di mulutnya. Huhhhh… inilah yang bikin malu buat belajar naik sepeda. Seringai anak kecil yang mulutnya usil bagaikan serangai serigala yang siap mencabik-cabik tubuhku. Mencabik-cabik kehidupan normalku selama 27 tahun. Tanpa perlawanan.
Malam ini adalah malam yang ke 7 saya berlatih mengendarai sepeda. Malam yang ke 7 berlatih tanpa dilihat orang. Malam yang ke 7 mengakhiri derita. Tentunya harus tanpa seringai serigala-serigala kecil. Hanya berdua dengan adikku di saat orang terlelap. Di saat keheningan malam. Kadang bila adikku berhalangan, sahabat karibku yang menggantikan posisi adikku. Sebagai pelatih.
“Yaaaaa…. Terussss masssss…”Teriak adikku. Seakan tak percaya, malam itu saya mampu beberapa menit mengendalikan sepeda meluncur ke depan dengan posisi sepeda miring ke kiri. “Gubrakkk,….” akhirnya sepeda butut itu tak mampu menahan tubuh yang kehilangan keseimbangan. Jatuh. Tidak tahu ini jatuh yang keberapa. Kata pepatah, bukan banyaknya jatuh yang bisa buat orang jadi hebat, tapi seberapa kuat ia bangun ketika terjatuh. Meringis karena nyeri bercampur gembira karena sepeda sepertinya sudah dalam genggaman kendaliku. Bangkit lagi dan kuayuh lagi untuk kutaklukan derita ini. Lagi, lagi dan lagi.
Semangat itu terus hadir hingga H-1 pernikahan. Seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru, aku terus bermain dengan mainan baru ini. Tanpa kenal lelah. Begitu mengasyikan, hingga pada saat walimah pernikahanku, diriku ‘terkapar’ kecapaian. Bukan karena lamanya ritual pernikahan, melainkan lamanya penantian selama 27 tahun agar bisa mengayuh sepeda.
Kutancapkan motor ini menuju kolam renang untuk mengantar kedua anakku berenang sambil teringat mantra sakti mandra guna “Man jadda wa jada” Siapa bersungguh-sungguh, ia pasti dapat…

1 komentar:

  1. coba syh tau dari dulu ya, bisa tak ajarin kk naik sepeda tanpa pegang stangnya,heeeee.

    syh belajar naik sepeda kelas 5 SD, jatuh itu menu kudapan sore karena belajarny sore hari.
    dikejar2 mamang angkot krn pintu angkotnya penyot kena stang sepeda yg nyeruduk.
    kecemplung di parit, di serempet truck, waaaaah seru deh :)

    BalasHapus

 

Copyright © Semangat Baru !!! Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger