![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMTHSYgudNON3z6Io-EIlGmOoYoMEt551V7z6FwNY4GT5GVbOo4XUpazf3nemaYjio0h505uVwaEg20jUBhD-HiyflMhEy_3mHMrgkZlFujojendBH55uNZ9vZFT6gXOnYgP5GU1pV86xK/s200/edit-emak-ingin-naik-haji.jpg)
“Bu, setelah dipikir-pikir
sebaiknya saya berhenti kuliah saja. Karena Ibu pasti susah nyari uangnya. Saya
ikhlas kok Bu, bila harus berhenti kuliah” Itu saja. Dan sampai selesai kuliah, surat itu
tak pernah dibalas. Baik dengan surat lagi maupun dengan telepon. Justru beliau
kirim uang lagi. 150 ribu buat bulan ini. Itupun harus ‘ngotot-ngototan’ dengan
teller bank BCA gara-gara tanda tangannya berbeda dengan specimen di buku
tabungan. Karena itu satu-satunya harta karun saya untuk bulan ini, saya
konsisten berdiri terus dari siang hingga bank mau tutup di depan teller agak
kesamping. Luluh juga ngeliat saya berdiri, mungkin dipikirnya kan enggak
ngambil puluhan juta. Cuman 150 ribu saja. Hehehe…. Terima kasih Bu Teller.
Untuk menghadapi konsekuensi
tak dijawabnya surat, tugas selanjutnya adalah bergerilya cari kerjaan buat
nyambungin duit 150 ribu biar panjang untuk sebulan. Hasilnya 1 penolakan kerja
dan 2 diberi peluang kerja. Mengajar kursus komputer di lembaga kursus dan di sebuah
pesantren. Rasanya saya tertinggal jauh untuk merasakan warna kehidupan. Dari hanya
minta terus, hingga harus bermalam mencari rupiah. Pertama kali kurasakan betapa
lelahnya orangtuaku untuk mendapatkan uang 150 ribu. Untunglah Ibuku sangat
pandai berinteraksi dengan semua tetangga. Bila tetangga yang satu tidak bisa
meminjamkan uang, pastilah beralih ke tetangga berikutnya. Dari tetangga ke
tetangga. Tetangga-tetanggaku yang ‘mengkuliahkanku’ 7 tahun lamanya. Di masa
lampau.
“Berapa juta lagi kurangnya
Bu?” Tanyaku pada petugas BSM yang selalu tersenyum pada nasabahnya. “9,5 juta
lagi pak” Jawabnya. Alhamdulillah telah selesai urusannya. Tinggal menunggu
saat pelunasan saja pada tahun 2016 kelak. Berhaji, itulah keinginan Ibuku. Menjadi
tamu Allah. Meski telah kutawarkan umroh, beliau tetep menginginkan berhaji. Dan
Dia pun tunjukkan juga mudahkan jalannya. Saat kuliah tak pernah terpikir. Hanyalah
berpikir apakah kuliah ini bisa selesai atau tidak. BagiNya tidak ada yang
mustahil.
Masih sering teringat, bila
telepon berdering di rumah tetangga kemudian dengan tergopoh-gopoh ibuku
menghampirinya. Di benaknya cuma satu hal : saya harus hutang kemana lagi?
Kuingin beliau menjadi tamu
Allah SWT yang dimuliakan sebagaimana juga keinginannya. Dia –insyaAllah- akan
memenuhinya, seperti Dia bisa membalikan keadaan kami dari yang papa hingga
berada. Sekali lagi kupinta, oh ternyata bukan sekali lagi. Melainkan lagi…lagi…lagi…dan
selalu lagi kupinta keajaiban ini padaMu.
Labbaikallahumma labbaik….
Lucky Club Casino Site Review - Live Dealers
BalasHapusLucky Club is an online gambling site that allows you luckyclub.live to gamble in a wide range of online casinos. In this Lucky Club review, we cover some crucial aspects of